Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) di Kalimantan Timur memiliki beragam potensi wisata yang menjanjikan, namun masalah inventarisasi menjadi kendala utama dalam pengembangan sektor pariwisata. Anastasia Hiyang, anggota DPRD Kabupaten Mahulu dari Partai Amanat Nasional (PAN), mengungkapkan kekhawatirannya mengenai belum optimalnya proses inventarisasi objek wisata di daerah tersebut.
Usai menghadiri Rapat Paripurna dengan Presiden Joko Widodo di Kantor DPRD Mahulu pada Jumat (16/8), Anastasia menegaskan pentingnya langkah awal dalam pengelolaan pariwisata yang harus dimulai dengan inventarisasi yang menyeluruh. "Untuk pengelolaan sektor pariwisata, seharusnya diinventarisasi dulu. Setelah itu, yang dikembangkan terlebih dahulu adalah potensi yang ada di daerah ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan. Ini agar akses ke objek wisata lebih mudah," ujarnya dengan tegas.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Mahulu adalah sulitnya akses transportasi menuju objek wisata. Anastasia berharap pemerintah daerah dapat mempercepat proses inventarisasi serta pengembangan objek wisata, terutama di desa-desa yang memiliki potensi besar namun belum sepenuhnya dimanfaatkan. "Saya dengar dari Dinas Pariwisata, mereka sudah melakukan studi dan merencanakan pengembangan taman budaya di depan Batu Dinding. Selain itu, Batu Majang secepatnya harus dijadikan desa wisata karena posisinya yang strategis di ibu kota kabupaten. Pembinaan selama ini lebih banyak dilakukan di sana," tambahnya.
Anastasia juga menyoroti pentingnya pengembangan desa wisata di kecamatan-kecamatan lain seperti Long Bagun dan Laham, yang memiliki potensi wisata unik, termasuk wisata religi dan budaya lokal. "Kecamatan Laham, misalnya, menjual jenis wisata religi. Saya berharap Dinas Pariwisata bisa segera menginventarisasi seluruh potensi wisata di Mahulu dan mengembangkannya dengan lebih serius," ungkapnya.
Beberapa kelompok sadar wisata (Pokdarwis) sudah aktif dalam mengembangkan objek wisata di Mahulu, namun menurut Anastasia, dukungan yang lebih kuat dari pemerintah sangat dibutuhkan. Ia mengusulkan agar perbaikan aksesibilitas, seperti pembangunan jembatan di Batu Majang, menjadi prioritas. "Dengan adanya inventarisasi, hal tersebut akan menjadi acuan kerjasama antara stakeholder dari Dinas Pariwisata dengan PUPR dalam pembangunan infrastruktur pendukung. Selain budaya, kuliner juga perlu dikembangkan, terutama di Batu Majang. Aksesibilitas menuju potensi wisata harus diperhatikan, agar harapan kita untuk memajukan pariwisata Mahulu bisa tercapai," pungkasnya.
Anastasia Hiyang berharap bahwa langkah-langkah strategis ini dapat diimplementasikan dengan cepat dan efektif, sehingga potensi wisata Mahulu dapat berkembang optimal dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.
